di Indonesia.
Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara, mengatakan sebagian besar merek mobil asal Cina yang datang ke Indonesia tidak langsung membangun pabrik itu, melainkan masih menumpang di fasilitas perakitan milik perusahaan lain (general assembler).
Alasannya, bagi mereka dari Tiongkok, para pendatang baru perlu waktu lama untuk membangun pabrik. Selain itu, merek-merek mobil asal Tiongkok juga memerlukan waktu untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen sebanyak mungkin agar dapat meningkatkan volume penjualannya.
Gaikindo Cukup Jujur, Banyak Investor SPKLU Mundur, ini Jawabannya
“Produsen-produsen Tiongkok juga memulai pendekatan yang sama. Jika membangun pabrik membutuhkan waktu yang panjang, setidaknya 1,5 tahun hingga 2 tahun. Ketika menggunakan general assembler, waktu yang lebih singkat, sekitar [produksi],” ungkap Kukuh pada Konsolide yang berlangsung di Jakarta, pada Minggu (26/1/2025).
Sebagai contoh, ada beberapa produsen mobil berasal dari China yang mengoperasikan fasilitas pabrik pabrikan di PT Handal Indonesia Motor (HIM) disekitar Kota Bekasi, Jawa Barat. Beberapa di antaranya yaitu Geely, Jetour, Chery, dan Neta.
:
Sementara itu, merek mobil Cina yang sudah membangun pabrik sendiri, seperti BYD di Subang, Jawa Barat, disusul dengan pabrik Wuling di Cikarang, Jawa Barat, serta pabrik Aion di Cikampek, Jawa Barat.
Beberapa produsen mobil dari Cina itu berusaha untuk memenuhi ketentuan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) agar mendapatkan insentif dari pemerintah.
“Bila nanti volumenya meningkat, hanya timbang-kembang untuk mencari investasi. Karena industri otomotif memang membutuhkan investasi jangka panjang. Jadi, kita berharap kebijakan pemerintahnya berorientasi jangka panjang, bukan merupakan kebijakan tiba-tiba semua,” tandasnya.
Perlu dilakukan peringatan, pada tahun ini, pemerintah memberikan insentif PPN DTP 10% untuk mobil listrik CKD atau yang diproduksi di dalam negeri dengan syarat minimum tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 40%.
Bea masuk dan Pajak Pertambahan Nilai Badan Membuka Kedipan (PPnBM) untuk impor utuh (CBU) Elektrik Kendaraan Bawah Tanah (BEV) bagi produsen yang ikhlas membangun pabrik di Indonesia seperti BYD hingga Aion dilepaskan oleh pemerintah.
Semua insentif untuk BEV masih tetap diberikan oleh pemerintah pada tahun 2025, bersamaan dengan penambahan insentif untuk mobil hibrida.
“Dengan kemudian kita memiliki kebijakan dan desain jangka panjang, semua itu kita lindungi dan pengembangkan, baik ICE, Hybrid, PHEV, BEV, mesin fleksibel, semua dapat kita lakukan di sini, dan kita memiliki sumber dayanya semua,” pungkas Kukuh.
Leave a Reply